Rehat sambil menikmati jagung rebus di Pantai Holtekamp Jayapura
By abunawaslink.com
Mengajar adalah seni. Pernyataan ini, sangat tepat untuk disematkan dan diinternalisasi oleh setiap orang yang berprofesi sebagai guru. Penyematan dan intenalisasi, dapat memengaruhi serta menentukan proses dan hasil pembelajaran. Seni mengandung unsur keindahan dan kebahagiaan. Oleh karena itu, mengajar adalah suatu kegiatan yang sangat menyenangkan dan pantas untuk dinikmati.
Ada banyak cara dalam rangka mengaktualisasikan kegiatan mengajar sebagai seni. Penerapan berbagai macam permainan selingan, seperti ‘ice breaking” dengan berbagai variannya menjadi pilihan setiap guru. Ada yang disajikan dalam bentuk menyanyi bersama. Ada yang ditampilkan dengan gerak tepuk tangan (=tepuk semangat, tepuk woh, dan sebagainya). Seni lainnya adalah ‘story telling’ dengan maksud untuk memotivasi, atau menghangatkan suasana kelas yang suntuk. Yang terpenting adalah tercipta suasana menyenangkan, dengan tetap memerhatikan tujuan pembelajaran.
Selain itu, berbagi “best practice” adalah juga menjadi strategi jitu untuk menarik simpatik peserta didik untuk mengikuti pembelajaran. Best practice, dapat mengambil pelajaran dari kisah-kisah sukses orang ternama dan berpengaruh. Dapat juga, “diunduh” dari kisah pribadi guru yang pernah menoreh prestasi di masa silam, sewaktu sekolah dahulu, misalnya. Salah satu “best practice” yang memiliki relevansi dengan tuntutaan jaman adalah belajar tentang bagaimana belajar.
Belajar tentang bagaimana belajar yang baik adalah berkaitan erat dengan teknik belajar efektif, terutama di era merdeka belajar. Merdeka belajar, dapat dimaknai dalam dua bentuk perilaku minimal, yaitu tidak terikat dengan waktu, dan tidak terikat dengan tempat, termasuk juga, tidak terikat dengan salah satu teknik belajar. Setiap orang, dapat bertumbuh sesuai semangat dan kompetensinya, dan ini berpotensi untuk menghasilkan diferensiasi baik dalam proses maupun dalam hasil.
Dalam kesempatan kali ini, disajikan “best practice” berupa teknik belajar efektif. Teknik ini adalah bersifat acuan belaka, dan lebih dikhususkan bagi pesrta didik tingkat dasar, sebagai berikut: 1) Membaca tema secara keseluruhan hingga tuntas sesuai kesepakatan. Kegiatan membaca tema, dapat diulang guna meningktan ketajaman pengetahuan; 2). Menulis point yang dianggap penting pada potongan kertas yang telah disediakan (kertas yang dipakai adalah kertas bekas, dan telah dipotong menjadi empat bagian); 3). Menempelkan kertas kerja pada tempat/dinding yang mudah terlihat; 4). Untuk menambah pemahaman tema, maka mengulang bacaan adalah tindakan cerdas; 5) Untuk pengayaan, peserta didik dapat melakukan “searching” tema yang serupa melalui internet.
Tingkatan yang lebih rumit dan menantang dari sekadar menguasai teknis dasar di atas adalah menghubungkan materi pelajaran dengan lingkungan tempat bertinggal peserta didik, dengan harapan dapat menjadi pembejaran bermakna. Sedangkan, bagi guru dapat menjadi tantangan untuk terus berkreasi dan berinovasi dalam menyajikan menu pembelajaran. Kerja cerdas dari seorang guru adalah menjadi kebutuhan dalam rangka memenuhi harapan terbaik dari tuntutan jaman yang cepat berubah.
Dalam rangka menjawab tantangan di atas, maka seorang guru adalah wajib untuk berbenah diri agar tidak tertinggal dan tergilas oleh perubahan. Belajar terus-menerus adalah kebutuhan, dan senang membaca adalah solusi terbaik. Tidak cukup sampai di situ, senang berdiskusi adalah merupakan cara efisien, efektif, dan produktif untuk meningkatkan kapabilitas. Kegiatan musyawarah mata prlajaran adalah wadah terbaik untuk saling berbagi dan bertumbuh seiring dan sejalan. Seorang guru adalah terdepan dalam mewujudkan semangat belajar, dan kemudian menularkannya pada peserta didiknya.
Selain kemampuan menghubungkan materi dengan lingkungan sekitar, maka kemampuan menalarkan setelah mencanangkan sebuah konsep kepada peserta didiknya, adalah lebih penting agar pembelajaran bermakna menjadi lebih terasa dan bermanfaat. Setiap tema, diusahakan agar selalu ada korelasi dengan kehidupan sekitar peserta didik. Saya menjadi terkenang pada guru IPA sewaktu SMP, di mana kami berseragam jas laboratorium, dan mempraktekkan cara mempercepat pendinginan, dengan cara mengaduk air panas yang ada dalam gelas secara perlahan dan teratur, dan cara kedua adalah menggunakan wadah yang lebar, yakni piring, disertai dengan pengipasan.
Kini, sebagai guru yang mengajar mata pelajaran IPS, maka praktek baik, sewaktu SMP itu adalah menjadi sumber inspirasi untuk terus berbenah dan berinovasi agar dapat menyajikan pembelajaran menantang dan bermakna bagi peserta didik. Tema-tema yang tersaji dalam buku referensi, selalu dikorelasikan dengan lingkungan belajar sekitar, misalnya tema perubahan dan bentuk-bentuknya. Salah satunya adalah “perubahan direncanakan dan perubahan yang tidak direncanakan”. Dalam buku referensi, hanya digambarkan secara umum tentang bagaimana pembangunan infrastruktur sebagai perubahan direncanakan, akan selalu disertai dengan perubahan tidak direncanakan, pembangunan jalan tol misalnya. Upaya penalaran terhadap contoh ini adalah memilih dan menetukan salah satu objek pembangunan infrastruktur di sekitar peserta didik bertinggal. Untuk ini, maka keberadaan jembatan Youtefa (Merah) menjadi salah satu sampel.
Secara umum, peserta didik telah mengenal jembatan Youtefa, bahkan mereka sering melintasinya, dan itu mereka sangat memahaminya. Ketika pertanyaan mengenai perubahan yang tidak direncanakan sehubungan dengan kehadiran jembatan Youtefa, mereka merespon dengan sangat lambat. Namun, setelah ditunjukkan salah satu pembangunan fisik yang muncul pasca peresmian dan penggunaan sarana jembatan, mereka dengan cepat dapat menyebutkan banyak contoh perubahan yang tidak direncanakan, seperti maraknya resto dan café, adanya vila, munculnya pasar buah dan aneka jajanan ringan. Bahkan, mereka dengan cepat menyebutkan pembangunan kantor pemerintah, termasuk menjamunya lembaga pendidikan dan pemukiman-pemukiman baru.
Sebuah sumber yang cukup inspiratif dalam rangka mewujudkan pembelajaran yang menantang dan bermanfaat, datang dari salah seorang guru atau lebih tepatnya seorang pelatih. Ia menugaskan peserta didiknya untuk melakukan wawancara langsung kepada beberapa pedagang di sekitar tempat tinggalnya, dan temanya berkaitan dengan mata pencaharian. Objek yang dipilih adalah mereka yang dinilai telah mampu dan berhasil dalam usahanya sehingga terpenuhoi kebutuhannya, terutama kebutuhan sekolah putra-putrinya. Dalam prakteknya, peserta didik tersebut, bukan hanya mendapat informasi tentang mata pencaharian. Lebih dari itu, mereka dapat mengenal dan memahami kegiatan ekonomi, mulai dari produksi, distribusi, hingga konsumsi. Inilah praktek baik bagi peserta didik, di mana keberaniannya bertumbuh, percaya dirinya menjadi lebih baik, dan menjadi pribadi yang bertanggung jawab, serta berbagai “soft skill” yang menyertainya (Yenni Suryani, SMP Negeri 11 Jayapura).
___
*) Penulis adalah Guru Mata Pelajaran MTs