Abunawas: Penggiat Literasi dari Bumi Cenderawasih Tanah Papua
Jayapura, 10 November 2023 abunawaslink.com – Pukul 13.25 WIT, pembelajaran di kelas 7B MTs. Muhammadiyah Jayapura memasuki jam terakhir. Anak-anak menampakkan sisa-sisa tenaga, semangat, dan gairah belajar. Mereka membuka buku, dengan setengah hati, bahkan ada yang menanya kembali halaman yang baru saja disampaikan. Penyampaian “apersepsi” kurang mendapat perhatian. Lima belas menit kemudian, penampakan mulai bermacam-macam. Pada jalur kiri, sebagian sedang mengobrol satu sama lain, sedang di jalur tengah bagian belakang, dua oarag menyandar kepala di meja, dan mereka kaget ketika ditegur. Begitu juga jalur kanan bagian belakang. Pada bagian tengah ke depan, mereka masih bertenggang rasa, dengan duduk lebih rapi dan teratur.
Tepat di depan meja guru, seorang anak sedang menari-nari di tempatnya, dan itu ditoleransi karena ia ditengarai sebagai anak yang berkepribadian khusus?. Dari sisi kiri, seorang anak meminta untuk diceritakan pengalaman masa lalu. “Biar tidak mengantuk!” katanya. Atas permintaan ini, tiba-tiba muncul ide untuk mengarang sebuah cerita sedih seorang guru, dimana gajinya dipotong sebagian karena terbukti membiarkan siswanya tertidur ketika pembelajaran sedang berlangsung. Siswa yang meminta cerita itu, tampak senyum-senyum. Tetapi, siswa yang mengantuk dan tertidur, sontak kaget bangun dan meluruskan punggung dan menyandar di kursinya. Suasana kelas menjadi ramai, dan mereka saling tertawa.
“Orang biasa, adalah orang yang menghadapi masalah dengan emosi. Orang luar biasa, adalah orang yang mengatasi masalah dengan ilmu“
Separuh sisa waktu, pembelajaran diisi dengan kegiatan menulis jawaban di papan tulis secara bergantian. Mereka tampak senang dan menikmatinya, walau terjadi sedikit “ledekan” karena cara mereka menulis dan bentuk tulisannya adalah tergolong lucu dan lucu. Ada tulisan yang kebesaran, ada yang nyaris tidak dapat terbaca. Ada tulisan yang mendaki, ada juga yang melandai. Semua itu, adalah sangat menyenangkan, dan layak mendapat apresiasi, walau mereka saling menggoda. Alhamdulillah, pergerakan yang mereka lakukan, dapat mengurangi kejemuan, dan partisipasi mereka meningkat dalam pembelajaran hingga bel berbunyi, tiada terasa.
Usai pembelajaran, hiruk-pikuk kepulangan tergambar apik dengan antri siswa melakukan “finger”. Wajah-wajah siswa, tampak senang bahagia, boleh jadi karena menu enak di rumah telah menunggunya. Mungkin juga, agenda bermain bersama teman telah menanti. Namun, kesudahan dan perpisahan meninggalkan kesan kebahagiaan. Suasana pembelajaran yang semula berjalan semrawut, kemudian berubah menjadi terarah, aktif, dinamis, kolaboratif, dan komunikatif. Sampai di sini, tiba-tiba teringat ceramah Aa Gym, “Orang biasa mengatasi kesulitan dengan emosi dan amarah, orang luar biasa mengatasi kesulitan dengan ilmu dan kebijaksanaan” Keberhasilan mengatasi kesemrawutan dengan “strategi” adalah capaian prestasi yang membanggakan dan membahagiakan.