Rahasia Ilahi Bukanlah Tujuan Utama Orang Arif

Ibnu Atha’illah berkata bahwa “Ketika salik hendak berhenti manakala melihat hal gaib, ia segera diseru oleh suara-suara hakikat, “Yang kau tuju masih di depan.” Serta ketika lahiriah alam terlihat indah olehnya, maka hakikat berkata,”Kami hanyalah ujian. Jangan sampai engkau kufur karena tertipu!”

Abunawaslink.comImam Sibawaih El-Hasany mengatakan bahwa apabila melihat sesuatu (yang batiniah) di balik sesuatu (yang lahiriah) adalah fenomena spiritual yang dapat menggelincirkan. Menikmati kedamaian dalam ritual mendekatkan diri kepada-Nya juga dapat menjadi kepuasan yang melalaikan. Sebab, lorong kehidupan ini sangat panjang. Setiap penyingkapan dapat saja benar-benar merupakan anugerah dari-Nya. Tetapi, sangat mungkin merupakan godaan yang menyesatkan. Wajar bila banyak dari para penempuh jalan ruhani justru berhenti di tempat yang tidak seharusnya. Mereka tertipu oleh banyaknya “pemandangan” yang menakjubkan dalam perjalanan. Yang lebih memprihatinkan, di antara mereka banyak yang “mencuri” dari ladang kesadaran, buah yang berbuah menjadi makanan yang beracun (QS: 2: 102). Jangan mudah terpanah, agar engkau tak merana.

Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati memperjelas bahwa tekad seoramg penempub jalan menuju Allah tidak akan berhenti setelah mendapatkan makrifat, rahasia, dan cahaya-cahaya Ilahi. Ia tidak akan memandang bahwa makrifat, keadaan (ahwal), dan maqam yang telah diraihnya merupakan tujuan utama dan akhir dari perjalanannya. Bisikan-bisikan hakikat Ilahi akan menyeru hatinya agar tidak berhenti sampai di situ, “Karena apa yang kau cari ada di depanmu!” apa yang dicari dan yang diinginkan oleh seorang salik adalah “sampai kepada Tuhannya”, bukan sampai kepada sesuatu selain-Nya.

Saat dunia menebar pesonanya, ia akan berseru dengan suara yang tak kau dengar, “Kami hanya ujian dan cobaan maka jangan engkau tertipu oleh kami dan jangan berhenti sampai di situ. Jangan jadikan diri menjadi budak kami sehingga engkau akan terhalang dari Allah karena sikap semacam ini sama saja dengan kufur terhadap nikmat Tuhan Pemberi nikmat.

Bersyukur atas nikmat dengan mendatangi Tuhan yang Maha Pemberi. Sedangkan berpaling dari nikmat adalah cerminan tidak tahu diri.

Wallahu a’lam bishshowab!

__

Jayapura, 21 Juli 2024

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WeCreativez WhatsApp Support
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!
👋 Hi, how can I help?