Abunawaslink.com – Alhamdulillah, pada hari Sabtu tanggal 6 Juli 2024, tepatnya pukul 17.45 WIT, umat Islam bersuka cita menyambut dan memasuki tahun baru 1 Muharram 1446 H. Bulan Muharram merupakan momen fundamental untuk berbenah diri, meningkatkan kuantitas dan kualitas keislaman, keimanan, keihsanan, dan amal ibadah. Kesadaran untuk berubah menjadi lebih baik adalah hidayah, dan itu disebut sebagai kenikmatan hakiki dari Allah SWT. Ikhtiar berikutnya adalah memohon pertolongan Allah, agar diberi kekuatan dan keistiqomahan guna pencapaian derajat taqwa yang semakin baik sebagai bekal menghadap pada-Nya.
Terkait dengan semangat tahun baru 1 Muharram 1446 H. Allah SWT menyampaikan kabar gembira pada orang yang berat timbangan kebaikannya, di mana ia disediakan tempat yang menyenangkan dan memuaskan, yakni surga, “Faammaaman tsaqulats mawaadziinuh fahuwa fii iisyatin raadiyah” (QS: Al-Qori’ah: 6-7). Kabar gembira yang seperti ini, oleh orang-orang beriman disambut dengan rasa sukacita, disertai dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh. Terdapat lima pilihan amalan utama untuk menambah beratnya timbangan kebaikan, sebagai berikut:
1. Berinteraksi dengan Al-Qur’an
Wujud interaksi dengan Al-Qur’an meliputi kegiatan membaca, memahami isinya, mengamalkan nilainya, dan mendakwahkannya. Setiap orang beriman, hendaknya mengalokasikan waktu untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an, terutama kegiatan membaca. Sebuah praktek baik dapat diimplementasikan melalui program “one day one juz”, dengan pola “dua lembar setiap waktu sholat” atau menyesuaikan dengan kondisi dan keadaan.
Sebuah pengalaman menarik, ternyata membaca Al-Qur’an di pagi hari, antara sholat witir dan sholat subuh, itu sangat nikmat, dan sangat mudah memamahi kandungan isi bacaan. Boleh jadi karena suasana hening yang menciptakan kebeningan hati sehingga komunikasi dengan Allah menjadi lebih kondusif.
2. Berdzikir yang banyak
Siapa yang merasakan kehadiran Allah dalam dirinya, maka itu adalah dzikir. Orang yang berdzikir adalah orang yang mendapat pertolongan. Siapa yang ditolong oleh Allah untuk berdzikir maka ia diberi cahaya atau tebaran cahaya, dan mendapatkan barokah. Orang yang terlepas dzikirnya, maka ia terlempar dari tebaran cahaya Allah. Berdzikir dapat menjadi terapi terbaik untuk menyembuhkan akhlaq yang buruk, sekaligus dapat menepis bisikan-bisikan syaitan, atau segala hal yang tidak disukai hati.
3.Merawat silaturahmi
Sikap dermawan pada orang bakhil, pemaaf pada orang yang menyakiti, dan menyambung silaturahmi yang terputus adalah perilaku ihsan, di mana setiap pikir dan tindak merasa dilihat dan diawasi oleh Allah. Orang yang senantiasa merawat silaturahmi, jauh dari sikap pembenci dan pendendam. Dalam dirinya selalu bersyukur dan bersabar. Kalau marah, maka marahnya pun dalam kerangka amar makruf nahi mungkar. Jika ia mengalami perseteruan atau perselisihan, maka dirinya bersegera untuk menormalkan hubungan silaturahmi dan komunikasi. Ia takut pada sikap saling mendiamkan melebihi dari tiga hari, sebab dia mengetahui bahwa sikap demikian adalah tidak diperbolehkan dalam agama. Buah dari merawat silaturhami adalah sikap tawadlu dan ikhlas.
4. Membiasakan berinfak
Berinfak adalah salah satu cara untuk mengikis sifak bakhil, dan merupakan jalan untuk menjadi dermawan. Upaya membiasakan diri untuk berinfak, dapat dilakukan melalui program tabungan, “one day five thousand” dengan motto, “Tiada hari tanpa berinfak!”. Kelupaan berinfak harian, terasa ada sesuatu yang kurang dalam hidup. Kegemaran berinfak, terbangun dari sikap qona’ah dalam hidup, dan itu adalah hidayah.
5. Memakmurkan masjid
Peradaban islam berbanding lurus dengan kemakmuran masjidnya. Ini merupakan tanggung jawab ‘ain’ untuk setiap orang beriman. Dalam diri orang briman tertanam sikap, “Kalau bukan aku, siapa lagi. kalau bukan sekarang, kapan lagi?” Semangat begini, tumbuh dari hati orang beriman yang menyadari bahwa kelak di Padang Mahsyar bahwa mereka yang memakmurkan masjid akan mendapat perlindungan. Orang beriman secara sempurna, hatinya selalu bergantung di masjid. Tiadalah, ia berangkat menuju masjid kecuali ia telah berwudlu dengan sempurna. Setiap langkahnya beriring dengan doa permohonan cahaya ilmu dan iman untuk diri dan keluarganya, ampunan atas segala dosa, terbebas dari segala siksaan dunia dan akhirat. Ketika ia memasuki masjid dengan kaki kanan terlebih dahulu, ia berdoa, “Allahumaftahlii abwaba rohmatik!” Shaf terdepan adalah sasaran utamanya, dan ia kemudian mengisi dengan ibadah sunnat sebagai ikhtiar pendekatan diri pada Rabb-Nya. Seluruh rangkaian ibadah diusahakan sekhusu’ mungkin, baik bacaan maupun gerakan sholatnya. Ingat mati, dijadikan pemantik untuk lebih fokus beribadah. Sholatnya yang ditutup dengan salam kanan dan kiri, diikuti dengan merawat kebersamaan sesama jamaah. Senyum bahagia mengantarnya keluar dari pintu masjid dengan kaki kanan di belakang, sambil membaca doa, ““Allahuma inni asluka min fadhlik!”
Wallahu a’lam bishshowab
Selamat Tahun Baru 1 Muharram 1446 Hijriyah
Jayapura, 7 Juli 2024
Terima kasih untuk tulisan yang mengingatkan ini Ustadz Abu Nawas.
Selamat tahun baru juga. Semoga tahun ini lebih baik dari tahun yang sudah berlalu. Aamiin.
Terimakasih ustadz Abunawas, semangat di awal tahun baru Hijriyah.
MasyaAlloh . . .Ustadz Abuu, terimakasih tausyiyahnya bagus, inshaAlloh . . . saya terus belajar melaksanakan
Semangat, Bu Her
Terima kasih tausiyahnya Ustadz
Terima kasih kembali. Apresiasi Bu Dokter sangat berarti