Ibnu Atha’illah berkata bahwa “Engkau meminta dari Allah berarti menuduh-Nya. Mencari Allah berarti menggibah-Nya. Mencari selain Allah pertanda tak punya malu kepada-Nya, dan meminta kepada selain Allah pertanda jauh dari-Nya”
Abunawaslink.com—Imam Sibawaih El-Hasany mengatakan bahwa perihal ini merupakan sikap dan perilaku hamba saat berhubungan dengan-Nya. Membutuhkannya tetapai abai terhadap aturan-Nya. Menjadikan sandaran harapan tetapi menduakan-Nya. Mengaku berserah tetapi serakah pada nikmat-Nya. Padahal Allah tidak memerlukan tuntutan apapun dari hamba-Nya. Allah sempurna sepenuhnya—-seutuhnya. Tidak aka nada yang luput dari-Nya. Sebab itu, menjadilah hamba yang ridho. Pahami betul kebutuhanmu pada-Nya. Jangan mengadu pada selain-Nya. Engkau hanya harus terus menghadirkan kesadaran dalam diri bahwa Dia senantiasa hadir dalam setiap gerak. Sapalah Dia dimana pun engkau berada; senyumlah karena-Nya pada setiap yang engkau jumpai.
Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati memperjelas bahwa dalam perjalanan, seorang murid harus sibuk beramal saleh yang diridoi. Hatinya tidak boleh sibuk mencari sesuatu yang lain karena itu tercela, dan dapat memutus jalan menuju Allah.
Bila engkau meminta kepada Allah agar Dia memberimu rejeki dan makanan yang dapat membantumu berjalan atau agar Dia meluaskan rejekimu, sama dengan menuduh-Nya tidak pernah memberi rejeki. Jika engkau percaya bahwa Dia Maha Mengetahui kebutuhanmu dan Mahakuasa memberimu tanpa kau minta, tentu engkau tidak akan meminta sesuatu pun dari-Nya.
Bila engkau mencari-cari Allah agar engkau didekatkan kepada-Nya, dihilangkan hijab antara dirimu dengan-Nya, dan dapat melihat-Nya dengan mata hatimu, tindakan ini sama saja dengan menggibah-Nya karena Dzat Yang Maha hadir tidak perlu lagi dicari-cari.
Bila engkau mencari selain Tuhanmu, baik itu berupa harta, kedudukan, kehormatan, maupun yang lainnya, itu membuktikan sedikitnya rasa malumu kepada-Nya. Jika engkau malu kepada-Nya tentu engkau tidak kan mencari selain-Nya.
Bila engkau meminta kepada selain-Nya, seperti meminta kepada seorang manusia untuk mengatasi persoalan-persoalanmu dan saat meminta itu, engkau melupakan Tuahnmu, itu menandakan bahwa engkau jauh dari-Nya. Jika engkau dekat dengan-Nya, pasti engkau akan jauh dari selain-Nya.
Bagi kalangan murid, meminta kepada Sang Khalik adalah hal yang lumrah. Bahkan, meminta kepada makhluk merupakan hal yang wajar, kecuali meminta dalam kerangka ibadah, etika, dan mengikuti perintah, atau menyatakan kebutuhan. Sementara itu, orang-orang arif hanya memandang kepada Allah. Permintaan mereka, walau pun secara lahir tampak kepada makhluk, namun sebenarnya kepada sang Khalik.
Wallahu a’lam bishshowab!
Jayapura, 24 Juli 2024