MENYERAP KULTUR AKADEMIKA MASYARAKAT JEPANG

M. Almas Prakasa*)
M. Almas Prakasa bersama Prof. Ryo Nishimura dan Prof. Imam Robandi di Depan Stasiun Tottori Jepang
Jepang mengundang orang asing dari berbagai penjuru dunia untuk dapat menikmati suasana kehidupan di Jepang yang sangat harmoni.  Di samping itu, Jepang juga menjadi tujuan  utama para pelajar (scholar)  karena Jepang menawarkan kultur akademik yang sangat maju. Setiap daerah di Jepang  memiliki ciri khas masing-masing, sehingga dapat memberikan pengalaman wisata dan juga dapat menikmati lingkungan akademik yang berbeda-beda. Salah satu kota yang unik adalah Tottori, yang sekarang saya sedang bertinggal di situ. Tottori merupakan ibu kota Prefektur Tottori, di Kawasan Regional Chugoku, Jepang. Tottori menawarkan keindahan yang luar biasa, yaitu mulai dari padang pasir terbesar di Jepang yang memperlihatkan kontras antara padang pasir dan lautan yang sangat menakjubkan sampai pesona Gunung Daisen dengan kesan wibawanya yang sangat sakral. Di samping itu, Tottori merupakan kota dengan jumlah populasi yang relatif kecil. Pada 30 November 2022, diperkirakan populasinya sekitar 81.732 rumah tangga dengan 183.383 jiwa dengan kepadatan penduduk yaitu 240 jiwa/km². Populasinya yang relatif kecil membuat pengalaman di Tottori menjadi sangat kontras dengan kota-kota besar lainnya di Jepang, seperti Tokyo, Osaka, Kyoto, dan yang lain. Tottori menawarkan kedamaian dengan kultur yang masih sangat konservatif seperti di pedesaan, namun telah didukung oleh kemajuan teknologi yang canggih yang salah satunya disokong oleh Tottori University, yang menjadi pilar akademika dan penelitian di kota ini.
Saya adalah mahasiswa doktoral di Departemen Teknik Elektro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang dibimbing oleh Prof. Imam Robandi. Prof.  Imam mewajibkan saya agar saya pernah merasakan atmosfir akademika kehidupan universitas di Jepang. Pada tahun 2023, saya berkesempatan untuk meresapi kultur akademik di Tottori University di Kota Tottori. Kegiatan saya merupakan salah satu rangkaian kegiatan beasiswa Program Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) Batch VI, yaitu Peningkatan Kualitas Publikasi Ilmiah (PKPI) PMDSU Tahun 2023. Pada kegiatan ini, Prof. Imam Robandi mengirim saya untuk berkolaborasi dengan di Lab. Prof. Ryo Nishimura di Faculty of Engineering, Tottori University untuk merasakan atmosfir akademika di sana. Saya ditarget oleh Prof. Imam Robandi untuk minimal ada satu published paper Q1 dan minimal dua artikel bebas untuk terbit di media.  Rasakan kehidupan di sana, dan ini akan menjadi salah satu bekal kehidupan akademikamu kelak, kata Prof. Imam sebelum saya berangkat. Jepang adalah negara yang sangat maju, resapi peradabannya, pinta Prof. Imam.
Atmosfir Akademika Kampus
Saya berangkat dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, Indonesia pada 29 September 2023. Saya transit di Bandara Internasional Haneda di Tokyo, dan melanjutkan penerbangan ke Bandara Tottori. Kesan pertama setelah saya mendarat di Tottori adalah kota ini sangat bersih, rapi, dan orang-orang beraktivitas dengan tempo yang sangat teratur dan cepat. Saya datang pada musim gugur, sehingga suasanya sejuk dan tidak terlalu panas. Temperatur lingkungan berkisar antara 15 oC hingga 21 oC. Daun-daun mulai menguning dan berguguran. Di Bandara Tottori, saya dijemput oleh Prof. Ryo Nishimura, dan diantar ke Asrama International Tottori University (Tottori University International House) atau disebut Kaikan. Di hari pertama, saya dipandu oleh mahasiswa asal Meksiko, Andres, untuk berkeliling Kaikan. Andres menjelaskan aturan dan tata tertib tinggal di Kaikan. Mulai dari memilah jenis sampah, jadwal membuang sampah, kewajiban piket untuk penghuni, dan lainnya. Di Kaikan ini, banyak mahasiswa dari segala penjuru dunia, seperti Bangladesh, Malaysia, Mozambik, Sudan, Tiongkok, Thailand, dan lainnya. Kami sering bertemu di dapur umum, dan saling bertukar makanan dari negara asal. Menurut informasi, Prof. Imam Robandi juga pernah bertinggal di kaikan ini.
Pekan pertama, Nishimura-sensei mengajak saya mengelilingi kampus. Saya merasakan atmosfir yang sangat berbeda di sini. Tottori University merupakan kampus yang mendukung kampanye Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Deveopment Goals, SDGs), sehingga banyak kebijakan unik yang sangat jarang ditemukan di Indonesia. Sebagai contoh, Sebagian besar mahasiswa, dosen, hingga pegawai kampus berjalan kaki atau menggunakan sepeda, karena ada aturan tidak boleh menggunakan kendaraan bermotor pribadi untuk yang tinggal dalam radius tertentu. Hal tersebut didukung oleh akses transportasi umum, seperti stasiun kereta dan halte bus yang letaknya sangat dekat dengan kampus dan juga dengan waktu operasi yang sangat sesuai dengan jam kerja di sini. Di samping itu, ada juga kebiasaan masyarakat di sini yang lebih cenderung menaiki tangga daripada menggunakan lift. Kemudian, ada satu hal yang membuat saya takjub dengan masyarakat di sini, yaitu ketepatan dalam waktu. Sebagai contoh, jika membuat janji pada pukul 10.00, maka mereka akan datang pada pukul 10.00 tepat atau 1 hingga 2 menit lebih cepat, tidak kurang dan tidak lebih.
Di samping itu, saya juga mengurus dokumen-dokumen yang diperlukan untuk bertinggal di Jepang. Jepang merupakan negara yang sangat detail dan teliti berkaitan dengan dokumen. Orang asing yang berencana untuk bertinggal di Jepang selama lebih dari tiga bulan memperoleh kartu identitas penduduk (residence card atau zairyuu ka-do) sebagai tanda pengenal. Kemudian, mahasiswa asing diharuskan melapor ke International Affairs Division (IAD) untuk diberi pengarahan dalam mengurus dokumen tinggal di balai kota (City Hall atau Shiyakusho). Balai kota di Jepang adalah kantor pelayanan terpadu yang mengurus segala sesuatu tentang kependudukan. Saya pergi ke balai kota ditemani oleh Pak Rusdi, dosen dari Universitas Bengkulu yang sedang mengambil program doktoral di Tottori University. Di balai kota, saya tertegun dengan pelayanan yang mereka berikan. Pelayanannya sangat mendetail dan terstruktur. Instruksi yang diberikan sangat jelas, bahkan untuk orang asing yang hanya dapat sedikit mengerti Bahasa Jepang. Setiap orang yang datang diberikan stopmap berisi dokumen yang harus di isi, disertai dengan petunjuk pos-pos yang harus didatangi. Petugas di balai kota sangat ramah, professional, dan sangat cepat dalam merespon. Bahkan, balai kota menyediakan tablet untuk melakukan video call dengan penerjemah pada saat ada orang asing yang dating. Meski banyak dokumen yang harus diurus seperti mendaftarkan alamat, asuransi nasional, dan lainnya, namun pelayanan di sini sangat cepat. Dokumen sebanyak itu diselesaikan dalam waktu kurang dari satu setengah jam.
Pada pekan kedua dan selanjutnya, saya sudah aktif di Lab. Nishimura-sensei. Atmosfir akademika di sini adalah sangat hidup. Setiap hari, pada jam kerja dari pukul 10.00 hingga 16.00, dari pagi hingga malam, terdapat banyak mahasiswa yang aktif di laboratoriumnya masing-masing. Kemudian, setiap laboratorium memiliki jadwal presentasi kemajuan penelitian tiap pekan. Di Lab. Nishimura-sensei, presentasi dilakukan pada tiap Hari Selasa. Sebagian besar mahasiswa di lab ini meneliti tentang optimisasi Electric Curtain Field yang diaplikasikan untuk membersihkan pasir pada panel surya yang ditempatkan di daerah padang pasir. Sedangkan saya mempresentasikan penelitian tentang peningkatan kestabilan dinamik pada sistem tenaga listrik dengan kecerdasan buatan. Kultur akademik seperti ini memudahkan pemantauan kemajuan penelitian secara teratur oleh pembimbing. Mereka sangat antusias dan menyambut baik mahasiswa asing, meskipun terkadang kami harus berkomunikasi menggunakan aplikasi penerjemah. Di samping itu, ada satu kultur pendidikan di sini yang jarang ditemukan di Indonesia. Kultur akademik di sini memicu kedekatan antara pembimbing dan mahasiswa, sehingga dosen dan mahasiswa memiliki kedekatan emosional di dalam kampus maupun kedekatan secara personal di luar kampus. Saya dapat merasakan kultur akademik yang sangat hidup, humanis, dinamis, dan berkelanjutan.
Suasana Presentasi Mingguan di Tottori University
Gedung Perpustakaan Tottori University
Salah Satu Gedung Fakultas di Tottori University
Mengenal Sekitar Kampus Tottori University
Pada akhir pekan, saya meluangkan waktu untuk menikmati keindahan alam Tottori. Saya diajak oleh rekan-rekan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) untuk mengelilingi Danau Koyama (Koyama Ike) dengan menggunakan perahu. Sepanjang perjalanan menggunakan perahu, kami diiringi dongeng yang dibawakan oleh pemandu wisata. Pemandu wisata bercerita tentang geografis, sejarah, hingga budaya di sekitar Danau Koyama. Danau ini memiliki keliling 16 km dan luas permukaan 6,8 km2. Dulu, danau ini merupakan teluk kecil di Laut Jepang, namun seiring berjalannya waktu, endapan dari Sungai Sendai memisahkannya dari laut. Terdapat lima pulau kecil di dalam kolam, yaitu Aoshima, Tubushima, Dangojima, Nekoshima, dan Torigashima. Aoshima sebagai pulau terbesar dan satu-satunya yang dapat diakses dengan berjalan kaki atau dengan menggunakan sepeda. Di tengah danau juga ada gerbang kuil (Torii) yang masih dijaga. Di lain hari, kami juga sempat bersepeda mengelilingi Danau Koyama. Kami berkunjung ke pulau Aoshima yang dihubungkan dengan jembatan. Pulau Aoshima merupakan bagian dari San’in Kaigan UNESCO Global Geopark yang ada di Jepang. Di pulau ini terdapat taman-taman, tempat berkemah, hingga observatorium di puncak bukit yang memerlukan pendakian ringan. Tempat ini sangat cocok untuk orang yang ingin berkemah santai dengan melihat matahari terbenam di sore hari.
Di lain kesempatan, kami juga mengunjungi Hokuei, di Kota Tottori. Hokuei merupakan tempat kelahiran mangaka Detektif Conan, yaitu Gosho Aoyama-sensei. Daerah ini sekarang dikenal sebagai Kota Conan (Conan City). Kota ini dipenuhi segala macam pernak-pernik Conan di berbagai sudutnya, mulai dari tempat umum seperti kereta, stasiun, terminal, tempat pejalan kaki, dan lainnya. Di kota ini juga terdapat Museum Conan, Gosho Aoyama Manga Factory. Di museum ini terdapat koleksi dan manuskrip asli dari Gosho Aoyama-sensei. Di samping itu, ada juga miniatur karakter dari Detektif Conan, miniatur meja kerja Gosho Aoyama-sensei, miniatur kantor deketif di Detektif Conan, bahkan ada miniatur mobil milik Professor Agasa yang sangat ikonik dengan warna kuningnya. Di samping itu, museum ini juga menawarkan berbagai teka-teki yang harus dipecahkan oleh setiap pengujung. Di museum ini juga terdapat peralatan atau mekanisme pemecahan kasus dalam Dekektif Conan yang dapat disimulasikan langsung oleh pengunjung.
Saya juga berkesempatan untuk menikmati keindahan alam Padang Pasir Tottori (Tottori Sand Dunes atau Tottori Sakyu) yang menawarkan kontras antara padang pasir dan lautran yang sangat menakjubkan. Padang Pasir Tottori dapat dikunjungi menggunakan bus pariwisata dari halte bus di depan stasiun Kota Tottori. Perjalanan menggunakan bus menggunakan waktu sekitar 30 menit untuk jarak sekitar 10 km. Di tempat wisata ini, kami menaiki gondola untuk menuruni bukit ke pintu masuk wisata Padang Pasir Tottori. Di Padang Pasir Tottori terdapat unta yang dapat dinaiki oleh pengunjung. Pemandangan yang sangat indah dapat dinikmati dari puncak tertinggi bukit pasir dengan diiringi suara ombak dari lautan dan angin yang bertiup sepoi-sepoi. Di samping itu, di sini juga terdapat Museum Pasir (Sand Museum) yang menjadi tempat eksebisi untuk para perajin patung pasir dari seluruh dunia. Museum pasir menawarkan miniatur situs-situs terkenal di dunia yang dibuat hanya dengan pasir dan air. Tema patung pasir selalu berganti tiap 18 bulan. Tema tahun ini adalah tentang sejarah dari Mesir.
Lingkungan Kampus Tottori University
Jam Besar Ikon Tottori Iniversity
Kota Tottori dan Peninggalan Peninggalan Budaya
Baru-baru ini, kami mengunjungi situs Reruntuhan Kastil Tottori (Tottori Castle Ruins). Situs ini berjarak sekitar 8 km dari Tottori University yang mudah dijangkau menggunakan sepeda. Kastil Tottori ini dibangun pada tahun 1532 dan berfungsi sebagai pusat kekuasaan regional selama era negara-negara berperang di Jepang. Kemudian, kastil ini menjadi tempat kedudukan Klan Ikeda yang memerintah wilayah kekuasaan Tottori yang kuat pada Zaman Edo. Sayangnya, kebijakan modernisasi pada pemerintahan di Periode Meiji dan mengharuskan kastil ini dihancurkan. Saat ini, Reruntuhan Kastil Tottori yang tersisa hanyalah ada di sisi Gunung Kyusho di ujung timur laut pusat kota, dengan hanya tersisa dinding batu kastil dan satu gerbang kayu yang masih berdiri. Pengunjung dapat mendaki ke atas reruntuhan kastil yang menawarkan pemandangan indah Kota Tottori. Terdapat juga ratusan pohon sakura yang ditanam di sepanjang dinding batu yang menjadikan reruntuhan ini salah satu tempat melihat bunga sakura yang sangat populer di kota ini. Setelah berakhirnya zaman feodal pada tahun 1907, mantan penguasa daerah membangun sebuah bangunan bergaya Eropa di dasar reruntuhan kastil, yang dinamakan Jinpukaku. Pengunjung dapat menilik ke dalam bangunan kayu putih ini dan juga berkeliling di taman sekitarnya.
Kota Tottori membuat saya jatuh hati dan nyaman sejak pertama saya menginjakkan kaki di sini. Tottori menawarkan keseimbangan antara hal-hal tradisional yang masih sangat lestari dan juga kemajuan teknologi yang telah maju. Di samping itu, penduduk Prefektur Tottori adalah sangat baik dan sangat membantu orang asing yang datang meskipun terkadang terkendala Bahasa, namun dengan memanfaatkan teknologi seperti Google Lens, Penerjemah Suara dengan Google Translate, kendala-kendala tersebut tidak  menjadi masalah. Di samping itu, kota ini juga menawarkan berbagai keindahan alam yang sangat unik. Semoga sebelum saya kembali ke Indonesia, saya sempat mengunjungi Gunung Daisen dan bermain ski salju di sana.
Alam Pegunungan menuju Prefektur TottoriPemandangan Kota Tottori dari Reruntuhan Kastil Tottori
Padang Pasir Tottori
Unta Padang Pasir Tottori
*) Penulis adalah Mahasiswa Program Doktor Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan sekarang sedang mengikuti Program PKPI Kemendibudristek di Tottori University, Japan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WeCreativez WhatsApp Support
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!
👋 Hi, how can I help?